makalah sejarah peradaban islam dinasti abbasiyah
MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
DINASTI ABBASIYAH AKHIR (1055-1258)
Dosen: Muh. Fajar Shodiq. M. Ag.
![Description: C:\Users\User\Documents\iain 2.jpg](file:///C:\Users\USER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
Disusun Oleh:
Qoriatul
Laili 163151028
Cintaning
Mega S 163151030
TADRIS
BAHASA INDONESIA
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
SURAKARTA
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
Telah tercatat dalam sejarah bahwa Islam telah
berjaya dan mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun,
namun disisi lain umat islam juga pernah mengalami kemunduran dan
keterbelakangan.
Dinasti Bani Abbasiyah, sebagai dinasti kedua
dalam sejarah pemerintahan umat Islam setelah dinasti Bani Umayyah, dalam
sejarah perjalanannya mengalami fase-fase yang sama dengan dinasti Umayyah,
yakni fase kelahiran, perkembangan, kejayaan, kemudian memasuki masa-masa sulit
dan akhirnya mundur dan jatuh.
Pada akhir abad ke-10, kedaulatan
kekhalifahan Abbasiyah sudah sangat lemah, hingga tidak memiliki kekuasaan
diluar kota Bagdad. Pada masa ini kondisi poltik sangat tidak stabil, karena
adanya perebutan jabatan “Amirul Umara”. Diantara para penguasa dinasti
Buwaihi. Para khalifah bahkan kehilangan legitimasi keagamaannya Posisi mereka
sebagai khathib Shalat Jum’at diserahkan
kepada orang-orang dinasti Buwaihiyah yang menganut faham Syi’ah, sedangkan
Abbasiyah pengaruh Turki berfaham Sunni.
Kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyah
yang menjadi awal kemunduran dunia Islam terjadi dengan proses kausalitas
sebagaimana yang dialami oleh dinasti sebelumnya. Konflik internal, ketidak
mampuan khalifah dalam mengkonsolidasi wilayah kekuasaannya, budaya hedonis
yang melanda keluarga istana dan sebagainay, disamping itu juga terdapat
ancaman dari luar seperti serbuan tentara salib ke wilayah-wilayah Islam dan
serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Dalam makalah ini
penulis akan membahas sebab-sebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyah
serta dinamikanya.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran Dinasti Abasiyah
1. Faktor
Intern
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi
khilafah Abbasiyah, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara
tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena
khalifah pada periode ini sangat kuat, sehingga benih-benih itu tidak sempat
berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah
kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika
khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Lemahnya semangat patriotisme negara, menyebabkan jiwa jihad yang diajarkan
Islam tidak berdaya lagi menahan segala amukan yang datang, baik dari dalam
maupun dari luar. Disamping
kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah
menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kemewahan
hidup di kalangan pengusaha
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas
merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar,
sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Perekonomian masyarakat sangat maju
terutama dalam bidang pertanian, perdagangan dan industri. Tetapi setelah
memasuki masa kemunduran politik, perekonomian pun ikut mengalami
kemunduran yang drastis. Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan
besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para
penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan
perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk
memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah, faktor ini saling berkaitan dan
tak terpisahkan.
b. Perebutan
kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah
Perebutan
kekuasaan dimulai sejak masa Al-Ma’mun dengan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya
unsur urki dan Parsi. Setelah Al-Mutawakil wafat, pergantian khalifah terjadi
secara tidak wajar. Dari kedua belas khalifah pada periode kedua Dinasti
Abbasiyah, hanya empat orang khalifah yang wafat dengan wajar, selebihnya dibunuh
atau diracun dan ditunkan paksa.
c. Konflik
keagamaan
Sejak
terjadinya konflik antara Muawiyah dan khalifah Ali yang berakhir dengan
lahirnya tiga kelompok umat yaitu pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan Khawarij. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya
tercapai untuk menjadi penguasa, maka kekecewaan itu mendorong sebagian mereka
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya
gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para
khalifah.
d. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang
Memerdekakan Diri
Wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode
pertama hingga masa keruntuhan sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang
berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Walaupun
dalam kenyataannya banyak daerah yang tidak dikuasai oleh Khalifah, secara
riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaaan gubernur-gubernur
bersangkutan. Hubungan dengan Khalifah hanya ditandai
dengan pembayaran upeti.
Ada kemungkinan penguasa Bani Abbas sudah cukup
puas dengan pengakuan nominal, dengan pembayaran upeti. Alasannya, karena
Khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk, tingkat saling percaya
di kalangan penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah dan juga para
penguasa Abbasiyah lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada
politik dan ekspansi. Selain
itu, penyebab utama mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah
terjadinya kekacauan atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang
dilakukan oleh bangsa Persia dan Turki. Akibatnya propinsi-propinsi tertentu di
pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas.
2. Faktor
ekstern
Comments
Post a Comment