Materi Puisi Kelas X (pengetahuan)

SEJARAH PUISI DI INDONESIA
Indonesia memiliki sastrawan dan penyair yang terkenal dari generasi ke generasi. Setiap generasi memiliki perbedaan ciri khas berdasarkan tema yang diangkat dalam seriap karya sastra. Perbedaan ini dipengaruhi oleh keadaan sosial politik bangsa indonesia saat itu.
Dengan terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar Reformasi.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen, dan novel  pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda dan Acep Zamzam Noer, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak diublikasi berupa buku baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit maupun situs pribadi.
Seiring dengan budaya kebebasan berekspresi dan kemajuan teknologi informatika, karya sastra kini dapat diakses melalui internet. Kini urusan menulis  dan mengakpresiasi karya sastra tidak lagi didominasi oleh generasi pendahulu yang telah mapan dalam dunia satsra. Hampir setiap individu dapat mempublikasikan karyanya kepada khalayak melalui media blog. Kehadiran komunitas2 sastra dalam dunia Cyber baik yang dikelola pemerintah, organisasi ataupun individu juga maraknya sayembara menulis karya sastra, mendorong lahirnya penyair-penyair muda Indonesia.

 Puisi
Puisi menurut perkembangannya ada 2, yaitu puisi lama dan puisi baru.
■ Puisi lama adalah jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi sangat diperhatikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa puisi lama adalah puisi yang terikat berbagai aturan baik dari segi substansi maupun dari segi sistematika penulisan.
■ Puisi modern adalah puisi yang tidak terikat sama sekali dengan aturan-aturan yang ada pada puisi lama. Puisi ini mulai terlihat dengan adanya pujangga-pujangga baru dan mulai terkenal pada tahun 1945. Saat itu itu Chairil Anwar adalah pelopor dari lahirnya puisi baru ini.
Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Dapat disimpulkan bahwa puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang banyak disukai karena disajikan dalam bahasa yang indah, menarik dan sifatnya imajinatif. Puisi juga dianggap sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan penyair. Pesan yang disampaikan penyair dirangkai dengan bahasa yang indah, berbeda dengan bahasa sehari-hari bahkan juga berbeda dengan drama atau prosa.
Puisi menggunakan bahasa sebagai perantaranya. Tanpa bahasa puisi tidak dapat dinikmati oleh pembaca serta tidak akan dapat diidentifikasi suasana, tema dan makna puisi. Dengan bahasa pembaca akan hanyut dala suasana yamg diinginkan penyair. Penyair mengemas puisi dengan tema yang apik dan menjadikan sajiannya yang menginspiratif, demgan hal itu pembaca mampu memaknainya. Hal itu yang mampu memberikan informasi yang berupa segala sesuatu dari penyair yang kreatif dengan penyampaiannya melalui bahasa yang disampaikan puisi.
Pernah membaca puisikah kalian? Puisi apa saja yng kalian baca? Karya siapa? Tema apa yang diangkat penyair? Apa pesan yang disampaikan oleh penyair melalui puisi tersebut?
Untuk mengetahui itu semua kalian harus menelaah hakikat puisi terlebih dahulu. 3 hal yang dipelajari untuk mengetahui pesan puisi, yaitu tema, suasana, dan amanat. Ketiga hal itu termasuk unsur pembangun dari dalam (intrinsik) puisi.
Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Tema terlihat inti pokok dari puisi serta disampaikan penyair secara kuat, misalnya berhubungan dengan Tuhan, maka tema yang muncul merupakan ketuhanan. Begitupun dengan belas kasihan masyarat atau umat bisa dinamakan kemanusiaan. Ataupun bentuk dari sebuah protes bisa disebut tema kritik sosial. Landasan kuat ini menjadi pokok utama pengucapan penyair. Meskipun bahasa yang digunakan dalam puisi cenderung bermakna konotatif (kias) namun untuk menentukan dilihat dengan kata kunci yang terdapat dalam puisi.
Suasana
Suasana merupakan perasaan yang dialami penyair dengan melibatkan puisinya. Suasana yaitu keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi.  Suasana diciptakan penyair untuk mengungkapkan perasaannya. Dengan membaca beberapa kali puisi mampu memperoleh suasana yang disampaikan penyair. Suasana seperti halnya marah, menyesal, sedih, senang, dll.
Amanat
Amanat merupakan pesan yang disampaikan penyair melalui puisi. Amanat selaras dengan tema, sangat berkaitan erat. Contoh puisi tentang kritik sosial amanatnya bisa berupa ajakan atau kritikan mengenai kesenjangan sosial.
Selanjutnya mari belajar mengenai unsur pembangun puisi. Unsur pembangun puisi ada 2 yaitu unsur instrinsik dan ekstrinsik.
Unsur-unsur Pembangun Puisi
A. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra (puisi). Unsur intrinsik terbagi menjadi dua yaitu, unsur batin dan unsur fisik.
1. Tema, adalah pokok pikiran dasar untuk mengembangkan dan membuat puisi.
2. Rasa, yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
3. Nada, yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4. Amanat/tujuan/maksud, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.
5. Gaya Bahasa, dalam sebuah puisi akan banyak dijumpai rangkaian kata yang bersifat konotatif, berlebihan, ataupun terkesan merendahkan diri. Inilah yang disebut sebagai gaya bahasa dalam puisi. Biasanya tiap penulis cenderung memiliki gaya bahasanya sendiri, yang paling mudah dilihat melalui majas-majas, seperti personifikasi, metafora, eufemisme, bahkan tak jarang ada yang menggunakan majas ironi. Jadi, gaya bahasa merupakan cara pemakaian bahasa dalam karangan atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.
6. Rima, yaitu kesamaan nada atau bunyi. Rima bisa dijumpai tidak hanya di akhir tiap larik atau baris, namun dapat juga berada di antara tiap kata dalam baris.
7. Tipografi, yaitu bentuk penulisan puisi. Secara umum, sering ditemukan puisi dalam bentuk baris, namun ada juga puisi yang disusun dalam bentuk fragmen-fragmen bahkan dalam bentuk yang menyerupai apel, zigzag, ataupun model lainnya.
8. Imaji, penyair juga sering menciptakan pengimajian atau pencitraan dalam puisinya. Pengimajian dapat berupa kata atau rangkaian kata-kata yang dapat memperjelas apa yang ingin disampaikan oleh penyair karena menggugah rasa imajinasi pembaca melalui penginderaan.
9. Kata Konkret, ada keinginan penyair untuk menggambarkan sesuatu secara lebih konkret atau berwujud. Oleh karena itu, dipilih kata-kata yang membuat segala hal terkesan dapat disentuh. Bagi penyair, hal itu dirasakan lebih jelas.
B. Unsur Ekstrinsik Puisi
Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang terdapat di luar karya sastra (puisi).
1. Unsur Biografi, unsur biografi ini adalah latar belakang pengarang. Latar belakang cukup berpengaruh dalam pembuatan puisi, misalkan penulis puisi yang latar belakangnya berasal dari keluarga miskin, maka jika ia membuat puisi akan sangat menyentuh hati para pembacanya, yang terbawa dari latar belakang penulis sehingga mampu dikesankan dalam sebuah puisi.
2. Unsur Sosial, unsur sosial sangat erat kaitanya dengan kondisi masyarakat ketika puisi itu dibuat. Misalkan puisi itu dibuat ketika masa orde baru menjelang berakhir. Pada saat itu kondisi masyarakat itu sedang sangat kacau dan keadaan pemerintahan pun sangat carut marut, sehingga puisi yang dibuat pada saat itu adalah puisi yang mengandung sindiran-sindiran terhadap masyarakat.
3. Unsur Nilai, unsur nilai dalam puisi ini meliputi unsur yang berkaitan dengan pendidikan, seni, ekonomi, politik, sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan lain-lain. Nilai yang terkandung dalam puisi menjadi daya tarik tersendiri sehingga sangat memengaruhi baik atau tidaknya puisi.
Nah, kali ini untuk mampu menulis puisi kita belajar struktur kebahasaan (struktur fisik) puisi atau disebut dengan metode puisi. apakah kalian pernah melihat orang yang membaca puisi? Kira-kira bagaimana ya caranya puisi dapat diciptakan dengan indah? Nah, sama seperti karya sastra lainnya, puisi mempunyai unsur-unsur pembangun dengan struktur fisik puisi agar dapat menjadi sebuah puisi yang baik. Apa saja struktur fisik puisi? Yuk, kita cari tahu.
1. Diksi
Diksi merupakan pilihan kata. Menulis puisi harus mampu mencermati pilihan kata yang tepat agar dapat mewakili makna yang hendak disampaikan serta dapat menimbulkan nilai estetik (keindahan) yang diinginkan. Kata-kata yang dipilih oenyair berdasarkan aspek makna aspek pengucapan dan dapat mewakili pikiran serta suasana penyair. Diksi muncul karena adanya makna kias, lambang dan bunyi. yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
a. Makna kias (konotatif), yaitu makna tidak nyata. Artinya dengan menggunakan seperti contoh binatang jalang diartikan sebagai orang yang memberontak. 
b. Lambang yaitu penggantian suatu hal/ benda dengan benda lain. Seperti bendera dilambangkan sebuah identitad negara, contoh lain bersalaman adalah lambang dari persahabatan, pertemuan, atau perpisahan.
c. Persamaan bunyi yaitu keharmonisan suatu sajak dalam sebuah baris.
Berdasarkan jenis rima dapat dilihat, pertama (persamaan bunyi ada akhir baris dalam satu bait) yaitu.
1) rima sejajar berpola          : a-a-a-a
2) rima kembar berpola        : a-a-b-b
3) rima berpeluk berpola.     :a-b-b-a
4) rima bersilang berpola.   : a-b-a-b
Kedua, horizontal (persamaan bunyi setiap kata dalam satu baris) yaitu
1) aliterasi yaitu persamaan bunyi konsonan pada setiap kata dalam satu baris.
2) asonans yaitu persamaan vokal pada akhir kata dalam satu baris.
2. Imaji
Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu 
a. imaji suara (auditif) yaitu imajinasi yang menggunakan kata-kata dan seolah-olah sungguh didengar oleh pembaca
b. imaji penglihatan (visual) yaitu kmajinasi yang menggunakan kata-kata dan seolah-olah dapat dilihat oleh pembaca.
c. imaji sentuh (imaji taktil) yaitu imajinasi yang menggunakan kata-kata dan mampu memengaruhi perasaan pembaca sehingga ikut hanyut dalam perasaan puisi. Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
3. Kata konkret
Kata konkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata konkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll. Dengan kata konkret pembaxa mampu membayangkan secara jelas pada puisi yang dilukiskan penulis.
4. Rima/ritme
rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait atau persamaam bunyi dalam puisi.

Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata.
Jenis- jenis Rima
a. Rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.
b. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir.
c. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi)
d. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama.
e. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
f. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan.
g. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
h. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan.

Comments

Popular Posts